Setelah di rasa cukup waktu istirahatnya yang ternyata molor dari waktu yang telah direncanakan, yakni hampir 45 menit padahal planning cuma 15menit, alhasil perjalanan di teruskan dengan keadaan gelap gulita dengan iring-iringan air yang turun dari langit a.k.a gerimis tanpa ada sinar bulan atau lampu sebagai penerang langkah kita. (ya iyalah gak ada lampu, PLN gak masuk gunung kale hehehehe….)
Dalam keadaan kayak gini, tanpa di komando semua anggota mengeluarkan senjata mereka masing-masing, mw tahu ???
Tttaaaraaaaaaa!!!!!!!
Ini dia lampu senter wkwkwkw
Senter di setiap anggota mempunyai karakeristik sendiri, ada yang di pakai di kepala (kayak orang cari kodok hehehehe). Ada yang lampunya sudah merem melek alias baterenya mau habis. Ada yang ukuranya mini sampe gedhe kayak senter yang aku bawa dari rumah, yakni senter yang dibuat untuk penerangan kalau bapak pergi kesawah malam hari. Dan dari semua senter yang dibawa hampir semuanya itu bukan milik sendiri alias pinjem. (efek gencar-gencarnya program cost down heheheh)
Perjalanan di mulai dengan trek jalan yang lumayan hancur dan parah serta nanjak dengan kondisi jalan bebatuan yang besar-besar tak beraturan tata letaknya karena tanah tempat batu itu berpijak telah tergerus air hujan sehingga batunya ikut ambrol.
Harus hati-hati karena di samping licin, batunya juga labil. Kalau gak siap siaga, bisa-bisa jatuh dan langsung turun gak jadi naik ke puncak hehehehe.