Cari Blog

Artikel (12) Religi (3) Techno (3) Wisata (4)

Senin, 27 Juni 2011

Welirang Part II

Setelah di rasa cukup waktu istirahatnya yang ternyata molor dari waktu yang telah direncanakan, yakni hampir 45 menit padahal planning cuma 15menit, alhasil perjalanan di teruskan dengan keadaan gelap gulita dengan iring-iringan air yang turun dari langit a.k.a gerimis tanpa ada sinar bulan atau lampu sebagai penerang langkah kita. (ya iyalah gak ada lampu, PLN gak masuk gunung kale hehehehe….)

Dalam keadaan kayak gini, tanpa di komando semua anggota mengeluarkan senjata mereka masing-masing, mw tahu ???
Tttaaaraaaaaaa!!!!!!!
Ini dia lampu senter wkwkwkw

Senter di setiap anggota mempunyai karakeristik sendiri, ada yang di pakai di kepala (kayak orang cari kodok hehehehe). Ada yang lampunya sudah merem melek alias baterenya mau habis. Ada yang ukuranya mini sampe gedhe kayak senter yang aku bawa dari rumah, yakni senter yang dibuat untuk penerangan kalau bapak pergi kesawah malam hari. Dan dari semua senter yang dibawa hampir semuanya itu bukan milik sendiri alias pinjem. (efek gencar-gencarnya program cost down heheheh)

Perjalanan di mulai dengan trek jalan yang lumayan hancur dan parah serta nanjak dengan kondisi  jalan bebatuan yang besar-besar tak beraturan tata letaknya karena tanah tempat batu itu berpijak telah tergerus air hujan sehingga batunya ikut ambrol.
Harus hati-hati karena di samping licin, batunya juga labil.  Kalau gak siap siaga, bisa-bisa jatuh dan langsung turun gak jadi naik ke puncak hehehehe.


Trek yang terus menantang membuat perjalanan kami terbagi menjadi 2 kelompok lagi masing-masing 5 orang, ada yang cepat dan ada yang lambat, dan aku masuk tim yang pertama heehehehe.
Tak ada yang bisa dilihat untuk sekedar menghibur diri karena lelah. Sesekali dengan bantuan cahaya lampu senter melihat keadaan sekitar. Dikanan dan dikiri hanya ada semak belukar dan pohon pinus yang tinggi menjulang. Kami berjalan dengan diam tanpa bicara untuk menghemat tenaga, yang terdengan hanya tetsan air hujan, gemuru angin dan sesekali ada suara binatang.

Sampai ada seorang anggota yang minta berhenti untuk istirahat karena merasa mual dan ingin muntah. Mungkin karena masuk angin, karena dia hanya memakai kaos pendek dan celana pendek. Dan akhirnya kami berhenti untuk istirahat dan memeriksa keadaan teman yang merasa mual tadi. Disuruh minum obat tidak mau, ya….Akhitnya  ku berikan minyak kayu putih yang aku bawa dan dengan segera dia oleskan ke perutnya. Setelah dirasa cukup dan siap untuk melanjutkan perjalanan lagi, kami pun berangkat melanjutkan perjalanan dengan keadaan membisu kembali. Sampai ada yang memulai pembicaraan, baru anggota yang lain ikut ngomong.
“ iki trek e nanjak terus, tapi marengene enak lek wes mari dalan menggok “ kata temanku.
“wah, serius….” Jawabku dengan nada serius karena udah gak tahan dengan trek yang super duper gila.
Tidak  hanya aku saja yang ngos-ngosan, tapi semua anggota. Padahal sebagian anggota ada anak PA (pecinta alam red.), yang itupun juga ngos-ngosan. Dan katanya trek di welirang adalah trek yang paling menyiksa buat pendaki.
Sembari berjalan, kami pun menjumpai jalur yang berbelok seperti yang dikatakan temanku tadi.
 “ wah iku nok dalan menggok” celetu salah satu rombongan.
Seketika itu aku dan yang lain mendongak keatas dan melihat ada tikungan. Semangat ingin mendapatkan trek lurus memicu langkah kaki untuk melangkah lebih cepat. Sesampai di tikungan apa yang kami dapatkan bener-bener kejutan, buka trek yang lurus tapi tanjakan lagi yang kemiringanya hampir 750.
“wadooooooh……..bonus opo lek ngene ki ? “ sontak keluar dari mulutku.
“ hahahahah…..pling nang ndukur mane …” sahut temenku yang bilang habis tikungan ada bonus trek.
Dan aksi saling mengeluh pun keluar dari setiap anggota. Tapi, salah satu dari 5 anggota kami, ada yang dari tadi diem tidak bicara sama sekali langsung duduk dan berbaring terlentang di atas jalanan berbatu. Entah kecapekan dan masuk angin yang tambah parah atau malah mabuk karena telah menghabiskan minyak kayu putih satu botol yang tidak jelas di apakan itu minyak kayu putih, di minum atau di buat mandi yang jelas semriwing bau minyak kayu putih perputar-putar di sekitar kami. Dan kami pun juga turut berhenti untuk istirahat.

Setelah ada salah satu anggota didalam kelompok pertama yang kurang enak badan, kami pun sering rehat untuk melepas lelah karena trek yang begitu ekstrim.

Pada sela-sela istirahat, kami pun mencoba menghubungi kelompok 2 dengan teriak-teriak gak jelas. Maklumlah, hp gak bisa digunakan karena keterbatasan sinyal.
“woey…….” Teriak temenku ke arah bawah. Berharap ada balesan dari tim kedua yang tertinggal jauh entah dimana.
“ wooooeeeyyy……..” aku pun ikut teriak kayak orang gila.
 Di tengah gunung yang gelap gak ada cahaya sama sekali kita teriak gak jelas, apa itu bukan orang gila namanya. Untung saja yang mbaurekso (penunggu .red) tempat tersebut baik hati. Kalo enggak, bisa-bisa mulut kita gak bisa menutup lagi hingga di jadikan tempat sarang laba-laba sampai ada yang nyembuhin haahahhaha.

“ huuuu…..” teriakan balesan dari bawah.
Itu berarti tim 2 gak terlalu jauh dari kita.
Perjalanan di lanjutkan dengan menyusuri trek yang curam, hingga kami berhenti untuk istirahat kembali di camp anak PA dari Surabaya. Mereka camp bukan pada tempat camp yang biasanya di gunakan untuk bermalam yaitu di Pondokan yaitu pos 3 yang juga menjadi tujuan perjalanan kedua kita.
Alhmdulilah kami di sambut dengan baik oleah mereka dan kami di beri kopi hangat juga, lumayan buat hangatin badan heheheheheh.
Kami istirahat sejenak di tempat tersebut sambil menumpang duduk di perapian mereka sekedar untuk menghangatkan badan. Kami ngobrol kesan-kemari untuk mengenal lebih dekat tentang mereka. Padahal cuma tanya alamat dan tujuan muncak mereka hehehehehhehe.

Tim 2 yang kami sangka dekat jaraknya, eh ternyata hampir ½ jam kita menunggu gak nongol juga. Setelah hampir tidur kami di buat menunggu akhirnya mereka datang juga.
waduh…wes anget rek “ teriak kepala tim kepada kami yang sedang duduk di perapian.
“ heheheh…mari pak kesini “ teriak anak camp dari Surabaya tadi.
ayo es pasang tendo e” celetunya kembali.
“ lho….belum nyampe tempat tujuannya pak” teriak temenku.
wadooh, masih lama t? kirain ini dah tempatnya, tuas aku seneng rek “ jawab sang ketua.
“ hahaha” gelegak tawa semua orang yang ada di situ.
“ kurang sedikit lagi pak, bentar lagi yo nyampe” ucap temenku yang sudah berkali-kali naik welirang.
yo wes, aku istirahat dimek, yang mw berangkat dulu silahkan. Tapi ntar disana tenda sudah terpasang yo hehehe…” ucap sang ketua.
“siiip…..” jawab temanku

Kami yang sudah duluan istirahat hendak melanjutkan perjalanan lagi, tapi kami tuker komposisi personil. Anggota  yang membawa tenda ikut bersama kami untuk berangkat terlebih dahulu.
Sepanjang perjalanan kami jarang berbicara kembali untuk menghemat tenaga. Berbicara hanya seperlunya dan jika itu penting. Jalanan tanjakan, menikung, di susul dengan tanjakan lagi hingga akhirnya sampai pada tikungan yang tadi di nantikan yaitu tikungan bonus alias trek jalanan yang landai. Kami tidak berhenti disitu, tujuan kami adalah pos 3 yaitu pondokan. Jalanan yang landai tidaklah lama karena kemudian jalanan kembali ke trek tanjakan terus dan sampai akhirnya sampai juga di pos 3.

“Alhamdulillah….” Ucapku seraya bersyukur.
Aku diam sejenak untuk melihat kondisi di pos 3 yaitu pos dimana kita akan bermalam disini. Ku lihat jam di hp, waktu menunjukan pukul 23.10 wib.
Meskipun gelap, masih dapat terlihat jelas tenda milik pendaki serta deretan pondokan atau gubuk kecil yang berdiri tidak beraturan tata letak dan arahnya. Bangunan semi permanen ini terbuat dari kayu atau jerami sebagai dindingnya yang beratapkan jerami yang di lapisi terpal, tapi ada juga yang menggunakan seng. Bangunan ini adalah bangunan milik orang yang menambang belerang di puncak welirang. Tujuan di bangunnya gubuk ini adalah sebagai tempat istirahat dan sebagai tempat menyimpan peralatan yang digunakan untuk mengambil belerang seperti gerobak dorong, pakaian dll.

Kami mencari gubuk yang masih kosong untuk tempat bermalam karena kami membawa hanya 1 tenda, sesekali kami mengintip kedalam gubuk untuk memastikan gubuk kosong tidak berpenghuni pendaki lain. Sambil mengendap-ngendap kayak maling yang mau masuk rumah orang ne, kami menyusuri deretan gubuk.
“ lek gak nemu seng kosong, yo terpaksa kudu mbobol gembok neng gubuk seng di kunci rek “ ucap salah satu temenku.
“ yo wes…tapi ayo golek dmek seng kosong “ jawab temenku yang satunya.
Hmmm….bener-bener akal maling kan hehehehehe.

Belum sempat membobol kunci gembok, kami sudah menemukan 1 gubuk kosong yang tidak di kunci dan di susul dengan 2 gubuk lain yang saling berdekatan. Sayangnya di antara gubuk tersebut gak ada tanah yang cukup luas untuk mendirikan tenda. Dengan usaha menyingkirkan kayu yang malang melintang di antara gubuk akhirnya kami mendapatkan tempat yang dirasa cukup untuk mendirikan tenda.
Dengan melepas semua beban di tubuh seperti ransel, kami segera membuat tenda. Setelah selesai kami masuk ke gubuk untuk membereskan tempat dan menata ulang agar muat untuk 2-3 orang buat tidur.

Setelah dirasa beres dan siap, tak lama kemudian tim ke2 datang dan teriak-teriak memanggil.
jo….jo….” suara pak ketua yang membawa tim 2 datang dan memanggil.
“disini pak….” Jawab temenku yang namanya di panggil tadi.

Kemudian kami mendemokan beberapa tempat dan gubuk yang kami peroleh dan alhmdulillah semua dapat tempat. Di buatlah api unggun di dekat gubuk untuk menghangatkan diri. Latar belakang bukan orang yang sering ke gunung, bukan api yang muncul malah asap yang membludak. Kalah dech asapnya forklift yang sudah minta service hehehe.
Tim memasak dadakan akhirnya menghidupkan kompor dan mengambil air untuk membuat kopi dan merebus mie instan yang telah menjadi makanan pokok dadakan juga hehehe.

Sekitar jam 1.00 wib dini hari, kami telah selesai makan semua kemudian semua pada tidur karena kecapekan. Dinginnya malam di pegunungan membuat sebagian anggota gak bisa tidur, mskipun sudah pake baju yang super rangkap mulai dari ujung jempol kaki sampai ujung rambut. Tapi, tetap saja hawa dingin masih tembus hingga menusuk tulang sum-sum. 

bersambung....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar